1. PERKEBUNAN KARET BANGSA EROPA DI KALIMANTAN SELATAN
Pemerintah Hindia Belanda yang telah memberikan perhatian pada potensi daerah-daerah luar Jawa mencoba untuk mengusahakan jenis komoditi lain. Dengan suksesnya tanaman tembakau di Deli, maka dicoba pula untuk mengembangkannya pula di daerah Banjar, namun ternyata hasilnya jauh dari memuaskan. Bersamaan dengan waktu pasar dunia sedang dibanjiri oleh permintaan komoditi jenis baru, yakni karet, yang diperlukan oleh industri mobil yang baru mulai berkembang saat itu. Untuk itu para pengusaha swasta yang telah diberi keleluasaan untuk menanamkan modalnya di wilayah jajahan.
Karet merupakan salah satu primadona ekspor Hindia Belanda waktu itu. Primadona ekspor Hindia Belanda adalah karet. Tanaman ini mulai dikenal dunia sekitar tahun 1900 dan masuk ke Kalimantan Selatan melalui dua jalan yang lokasinya terpisah yakni daerah Pagat (dekat Barabai) dan pada daerah perkebunan tembakau di wilayah utara Hulu Sungai. Pada mulanya karet jenis Ficus Elastica dan Hevea Brasiliensis dicoba di tanam di Perkebunan Hayup dekat Tanjung oleh dua orang pengusaha bernama C.Bohmer dan W.M. Ernest tetapi kemudian mengalami hambatan. Perkebunan karet kemudian bisa dikembangkan dengan bantuan dana dari bank-bank di Berlin dan pagawasan dari Perusahaan Karet Borneo yang berbasis di Banjarmasin. Seorang pengusaha bernama E.A. Hilkes mencoba menanam karet dengan mendatangkan bibit karet Hevea dari Semenanjung Malaya.
Perkebunan karet pada tiga wilayah tersebut menggunakan tenaga kuli kontrak dari Jawa maupun dari daerah sekitarnya. Jenis kuli yang terakhir inilah yang nantinya akan menjadi pengusaha karet pribumi. Setelah masa kontraknya terutama yang dari Hayup selesai. Mereka kembali ke kampungnya dan menanam karet sendiri. Mereka sudah mendapat cukup pengalaman dalam pengolahan karet selama bekerja di Perkebunan Eropa.
Harga karet yang tinggi sebelum Perang Dunia I mengakibatkan perluasan perkebunan karet di sana terutama di daerah Hulu Sungai. Banyak tanah sawah yang dijadikan perkebunan karet. Tidak kurang dari 40% kepala keluarga di Hulu Sungai mempunyai perkebunan karet.
Usaha budidaya karet di daerah Banjar kemudian dipeRkuat oleh modal-modal asing diluar orang-orang Belanda. Mulai dengan Hayup dan Tanah Intan yang dikelola oleh para pengusaha Inggris, sedangkan Danau Salak pada 1917 dipegang oleh Jerman, namun setahun sejak menduduki daerah Banjar perusahaan-perusahaan perkebunan karet itu dijual kepada orang-orang Jepang dan sebagian kepada pemilik-pemilik modal Cina.
Salah satu keistimewaan dari budi daya karet di daerah Banjar, bahwa pada mulanya mereka dipelopori oleh pengusaha-pengusaha asing, namun pada masa kemudian justru yang memegang peran adalah para pemilik kebun pribumi. Akibat dari naik turunnya produksi karet dan permintaan karet pasar dunia yang dapat mengikuti perkembangan harga hanyalah karet rakyat, karena mereka menggunakan tenaga kerja lebih banyak tenaga anggota keluarganya sendiri.
Demikianlah berkembangan budidaya karet di daerah Banjar, maka pada sekitar tahun 1930-an kesejahteraan penduduk meningkat dengan pesat. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan banyaknya rumah yang dibangun di daerah Hulu Sungai, disamping itu permintaan daerah Banjar akan barang-barang impor sangat
1. PERKEBUNAN KARET EROPA DI HAYUB,TANJUNG,TABALONG
1.1. Perkebunan Karet di Hayub
Hayub merupakan sebuah daerah yang saat ini masuk kedalam wilayah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.Wilayah Tabalong sebelum tahun 1965 merupakan wilayah kewedanaan Amuntai. Salah satu perkebunan karet pada awal abad 20 yang dikembangkan oleh pihak swasta asing berada di desa Hayub,kecamatan Haruai. Kalimantan Selatan.
Karet merupakan salah satu primadona ekspor Hindia Belanda waktu itu. Tanaman ini mulai dikenal dunia sekitar tahun 1900 dan masuk ke Kalimantan Selatan melalui dua jalan yang lokasinya terpisah yakni daerah Pagat (dekat Barabai) dan pada daerah perkebunan tembakau di wilayah utara Hulu Sungai. Pada mulanya karet jenis Ficus Elastica dan Hevea Brasiliensis dicoba di tanam di Perkebunan Hayup dekat Tanjung oleh dua orang pengusaha bernama C.Bohmer dan W.M. Ernest (Sumber dari internet).
Informasi dari pak Kasir bahwa perkebunan karet di Hayub dikelola oleh pihak swasta asing yang berasal dari Inggris. Keterangan informan ini ada kecocokan dari sumber dari internet yang penulis dapat,yaitu Perkebunan karet di Hayub dikembangkan oleh C.Bohmer dan W.M. Ernest. C.Bohmer dan W.M.Ernest mengembangkan tanaman karet jnis Ficus Elastica dan Hevea Brasiliensis, tetapi mengalami kegagalan.
Sepeninggal C.Bohmer dan W.M. Ernes Perkebunan dikelola lagi oleh perusahaan swasta asing Belanda.berdasarkan Informasi dari informan bahwa orang Belanda yang Tinggal di Perkebunan Hayub bernama Van Der Straten. Van Der Straten tinggal bersama beberapa orang Belanda lainnya yang menetap di Hayub, kemudian Van Der Straten pindah kerja ke perkebunan di Malaysia dan meninggal dunia di Malaysia.
Setelah perusahaan Belanda Perkebunan diambil alih oleh perusahaan Hashiman, tidak begitu banyak informasi yang didapat Perusahaan Hashiman, sehingga sulit asal lnegara dari perusahaan Hashiman ini tidak diketahui. Namun ada sedikit informasi bahwa salah seorang karyawannya bernama Pieter dengan jabatan Gendral Asisten, dan juga tinggal dirumah bekas orang Belanda .
Berdasarkan informasi masyarakat Haruai dan Tanjung bahwa keturunan dari orang Belanda masih ada yang menetap di Tanjung.
1.2.Tenaga Kerja Perkebunan di Hayub
Perkebunan karet di Hayub menggunakan tenaga kuli kontrak dari Jawa dan dari daerah sekitarnya,seperti Haruai,Mahe,Muara Uya dan beberapa daerah diTabalong. Jenis kuli yang terakhir inilah yang nantinya akan menjadi pengusaha karet pribumi. Setelah masa kontraknya terutama yang dari Hayup selesai. Mereka kembali ke kampungnya dan menanam karet sendiri. Mereka sudah mendapat cukup pengalaman dalam pengolahan karet selama bekerja di Perkebunan Eropa.Sementara tenaga kuli kontrak yang berasal dari Jawa khususnya dari Jawa Timur tinggal menetap di Haruai (kampung dekat perkebunan Karet di Hayub).
Berdasarkan informasi dari Bapak Maniran (71 tahun) tahun 2000, salah seorang anak dari pekerja tenaga perkebunan dari pulau Jawa.Bahwa orang tua beliau pada masa perkebunan karet di Hayub dibuka untuk pertama kalinya oleh swasta asing, mereka didatangkan dari Jawa Timur. Menurut informasi orang tua beliau sebagian tenaga ada yang pulang kembali ke daerah mereka masing-masing, dan sebagian lagi ada yang menetap di Haruai dan Hayub.
Masih menurut beliau tenaga kuli yang bekerja diperkebunan Hayub pada masa itu selain tenaga kerja dari Jawa juga ada tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal dan dari daerah di Kalimantan Selatan.
1.3.Peninggalan Perkebunan Karet dari Perusahaan Swsta Asing di Hayub
Informasi lainnya yang didapat bahawa di sekitar perkebunan karet Hayub, juga tinggal orang eropa yang mengelola Perusahaan perkebunan.Masyarakat sekitar Hayub,Haruai dan Tanjung sebelum tahun 2005 masih bisa melihat bangunan Rumah Kediaman orang Eropa. Selain itu juga terdapat alat perlengkapan rumah tangga,sepeda Onthel, dan Gamelan.
Peninggalan dari sisa perkebunan karet di Hayub masih bisa dilihat yaitu bangunan penggolahan karet, beberapa buah pondasi bangunan gudang pengasapan karet,tempat penampungan karet cair, kolam pemandian (sumber air bersih) orang eropa, dan Irigasi.
Melihat dari sisa peninggalan tersebut bahwa perkebunan karet di Hayub selain sebagai tempat perkebunan juga sudah ada penggolahan karet setengah jadi. Gudang penanmpungan karet dan pengasapan pondasinya masih bisa ditemui.
Dapatkan hasil getah karet yang melimpah dengan sorax sadap latex stimulant
BalasHapus