Sejarah , Budaya , Kearifan Lokal Banjar ,KALSEL
Sejarah, Sosial, Budaya, Pendidikan Kab.Tabalong
Minggu, 18 November 2012
Rabu, 14 Desember 2011
PTK Pembelajaran IPS
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IX A SMPN 6 TANJUNG PADA MATERI MEMAHAMI USAHA KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL KARTU HEURISTIK
Achmad Syahranie,S.Pd ( Guru IPS SMPN 6 Tanjung,Kabupaten Tabalong)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Memahami usaha kemerdekaan Indonesia melalui Model Kartu Heuristik. Model Pembelajaran Kartu Heuristik ini merupakan model hasil buatan penulis sendiri yang terdiri dari dua kegiatan yang dilakukan oleh siswa,yaitu ; pertama siswa mencari dan mengidentifikasi fakta-fakta atau bukti sejarah pada buku paket ataupun bahan ajar, kedua, siswa merekonstruksi kembali peristiwa sejarah dari fakta-fakta yang di temukan. Metode yang digunakan adalah action research atau penelitian tindakan kelas melalui 2 siklus yang terdiri dari 4 tahap,yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,dan refleksi.
Setting penelitian dilaksanakan di SMPN 6 Tanjung, Kecamatan Tanjung,Kabupaten Tabalong, dengan subyek penelitian siswa kelas IX a. Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil tes siswa, di analisis menggunakan statistic diskriptif. Hasil analis data menunjukkan bahwa dengan menggunakkan model Kartu Heuristik pada materi Memahami usaha kemerdekan Indonesia terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
Pendahuluan
Pembelajaran IPS kelas IX pada SK 2 yaitu , memahami Usaha Kemerdekaan Indonesia,harus disampaikan secara kronologis dengan ditunjang fakta-fakta sejarah dan dapat menghubungkan peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya.Selain itu Pembelajaran IPS Terpadu pada kompetensi Dasar IPS harus menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan multidisipliner. Pemilihan metode dan model yang tepat maka tujuan yang ingin dicapai akan terwujud, tahun 2007-2009 penulis telah mencoba beberapa metode dan model pembelajaran yang sudah jadi tetapi tidak begitu banyak membantu dalam meningkatkan hasil belajar. Penulis pernah mencoba menyampaikan materi usaha mempertahankan Kemerdekan dengan ceramah, hasilnya siswa terbius dan terbawa kemasa lalu seperti orang mendengar cerita dongeng.Kelemahan dengan ceramah siswa sulit mengingat fakta-fakta sejarah dan pembelajaran terpusat pada guru.
Berdasarkan pengalaman penulis maka pada tahun pelajaran 2010-2011 penulis memberanikan diri menggunakkan Model Pembelajaran Kartu Heuristik, yang dirancang oleh penulis sendiri .Model Pembelajaran Kartu Heuristik penulis kategorikan masuk kedalam Pembelajaran Kooperatif karena dalam langkah-langkah pembelajaran tersebut adanya siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok. Ciri pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok secara koopertif,kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki dari kemampuan tinggi,sedang dan rendah ( Standar Kompetensi; Depdiknas;2006).
Istilah dan langkah Heuristik penulis adopsi dari salah satu langkah Metodologi dalam Penelitian Sejarah yang digunakan oleh para sejarawan. Heuristik adalah usaha yang dilakukan oleh para sejarawan dalam mencari dan mengumpulkan fakta-fakta/sumber/bukti sejarah yang berserakan. Fakta-fakta tersebut kemudian direkonstruksi kembali menjadi sebuah cerita sejarah. Sepengetahuan penulis Heuristik ini belum pernah ada yang menggunakkan sebagai model Pembelajaran. Pada Model Pembelajaran Kartu Heuristik , siswa diminta mengumpulkan dan mengidentifikasi fakta-fakta sejarah/bukti sejarah yang ada dibuku paket dan bahan ajar ,kemudian fakta-fakta tersebut direkontruksi kembali oleh siswa dengan menghubungkan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa lainnya gaya bahasannya sendiri.
Model Kartu Heuristik langkah-langkahnya sebagai berikut;
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen
2. Guru menyampaikan tata cara diskusi dan membagikan kartu Heuristik serta membagikan tugas setiap kelompok .
3. Siswa dalam kelompoknya mencari dan mengidentifikasi fakta-fakta /bukti sejarah sesuai dengan tugasnya yang terdapat pada buku paket atau bahan ajar
4. Siswa menuliskan hasil temuaannya pada kartu heuristik
5. Setiap kelompok diminta merekonstruksi kembali fakta-fakta yang didapat dan menghubungkannya dengan peristiwa lain
6. Setiap Kelompok Memperenstasikan hasil diskusinya
7. Guru memfasilitasi dan meluruskan hasil rekonstruksinya
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah 19 orang siswa SMPN 6 Tanjung, semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.Fokus penelitian adalah hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep dan fakta-fakta sejarah dan ketrampilan dalam merekonstruksi fakta-fakta sejarah.
Desain penelitian ini sesuai dengan pola penelitian tindakan kelas dengan menggunakkan siklus,yaitu terdiri dari 2 siklus dengan 4 tahap, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi ditambah setiap siklusnya diadakan evaluasi (tes).Penelitian ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan teman sejawat ,yaitu Ibu Raihanah,S.Pd. Pada siklus I disusun rencana tindakan dengan menggunakan model Kartu Heuristik, pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah disusun pada RPP,kemudian diadakan pengamatan dan tes,data hasil pengamatan dan tes kemudian di refleksi. Hasil Refleksi pada siklus I dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan tindakan pada siklus II, Hasil refleksi pada siklus II dari data pengamatan dan tes diolah dan ditarik kesimpulan umum.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah ketercapaian Ketuntasan belajar siswa yakni 90 % dengan berpatokan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) KD yang sudah ditetapkan yakni 67, serta nilai rata-rata kelas 75.
Hasil Penelitian
Berdasarkan data penelitian pada siklus I hasil belajar siswa meningkat dibandingkan dengan nilai tes pada pra penelitian dan berdasarkan hasil pengamatan produk hasil belajar dalam merekonstruksi fakta-fakta sejarah juga meningkat.Pada siklus I dari 19 orang subyek 15 orang siswa tuntas dengan prosentase ketuntasan mencapai 78,94%. Dengan nilai rata-rata kelas 71. Namun pada siklus I ini juga terlihat beberapa kelemahan diantaranya sebagian siswa masih belum aktif ,karena ada beberapa siswa masih menggangu temannya,beberapa orang siswa masih malu-malu kucing dalam menyampaikan pendapatnya sehingga didominasi oleh siswa tertentu saja.
Kelemahan yang teridentifikasi pada siklus I diupayakan diminimalisir dan dijadikan acuan dalalm penyusun perencanaan perbaikan pada Siklus II. Siklus II tindakan yang digunakan masih ,menggunakan model pembelajaran kartu heuristik pada SK yang sama dengan KD 5.2. Untuk mengaktifkan semua siswa dalam diskusi peneliti merancang pemberian penghargaan pada setiap siswa yang aktif. Dari data hasil penelitian pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan dari hasil siklus I. Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dengan prosentase 94,73 %.,dengan kenaikan nilai rata-rata kelas 75. Pengamatan observer pada produk hasil belajar presentasi tugas ,menyampaikan pendapat dan tangggapan juga mengalami peningkatan atau siswa sudah aktif dalam diskusi. Kelemahan yang ada pada siklus I sudah tidak terlihat lagi ,karena setiap siswa bersaing untuk mendapatkan reward (penghargaan)
Kesimpulan
Proses belajar mengajar melalui model pembelajaran Kartu Heuristik sangat baik digunakan untuk materi memahami Usaha mempertahankan kemerdekaan,karena hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.
Dafatar Pustaka
Antonius,Drs ;2004 ; Petunjuk Praktis Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Yrama Widya ; Bandung
Fathurrohman,Pupuh ; 2007; Strategi Belajar Mengajar , Reflika Aditama,Bandung
Ginnis,Paul ; 2008 ; Trik dan Taktik Mengajar, Strategi meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas , PT. Indeks,Jakarta
Ibrahim,Muslim,dkk; 2000. Pembelajaran Kooperatif, University Press,Surabaya
Kuntuwijoyo,1995; Pengantar Ilmu Sejarah,Aditya Media,Yogyakarta
Poaerwadarmita ;1976 ;Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta
…………………;2005; Ilmu Pengetahuan Sosial,Materi Pelatihan Terintegrasi,Depdiknas,Jakarta
…………… ;1999; Penelitian Tindakan Kelas, Bahan Pelatihan,Depdikbud,Dir.Pendidikan Menengah Umum,
Penelitian in disampaikan pada Forum Ilmiah Guru,kabupaten Tabalong tahun 2010,dan berhasil meraih juara 2 untuk tingkat SLTP.
Perkebunan Hayub
1. PERKEBUNAN KARET BANGSA EROPA DI KALIMANTAN SELATAN
Pemerintah Hindia Belanda yang telah memberikan perhatian pada potensi daerah-daerah luar Jawa mencoba untuk mengusahakan jenis komoditi lain. Dengan suksesnya tanaman tembakau di Deli, maka dicoba pula untuk mengembangkannya pula di daerah Banjar, namun ternyata hasilnya jauh dari memuaskan. Bersamaan dengan waktu pasar dunia sedang dibanjiri oleh permintaan komoditi jenis baru, yakni karet, yang diperlukan oleh industri mobil yang baru mulai berkembang saat itu. Untuk itu para pengusaha swasta yang telah diberi keleluasaan untuk menanamkan modalnya di wilayah jajahan.
Karet merupakan salah satu primadona ekspor Hindia Belanda waktu itu. Primadona ekspor Hindia Belanda adalah karet. Tanaman ini mulai dikenal dunia sekitar tahun 1900 dan masuk ke Kalimantan Selatan melalui dua jalan yang lokasinya terpisah yakni daerah Pagat (dekat Barabai) dan pada daerah perkebunan tembakau di wilayah utara Hulu Sungai. Pada mulanya karet jenis Ficus Elastica dan Hevea Brasiliensis dicoba di tanam di Perkebunan Hayup dekat Tanjung oleh dua orang pengusaha bernama C.Bohmer dan W.M. Ernest tetapi kemudian mengalami hambatan. Perkebunan karet kemudian bisa dikembangkan dengan bantuan dana dari bank-bank di Berlin dan pagawasan dari Perusahaan Karet Borneo yang berbasis di Banjarmasin. Seorang pengusaha bernama E.A. Hilkes mencoba menanam karet dengan mendatangkan bibit karet Hevea dari Semenanjung Malaya.
Perkebunan karet pada tiga wilayah tersebut menggunakan tenaga kuli kontrak dari Jawa maupun dari daerah sekitarnya. Jenis kuli yang terakhir inilah yang nantinya akan menjadi pengusaha karet pribumi. Setelah masa kontraknya terutama yang dari Hayup selesai. Mereka kembali ke kampungnya dan menanam karet sendiri. Mereka sudah mendapat cukup pengalaman dalam pengolahan karet selama bekerja di Perkebunan Eropa.
Harga karet yang tinggi sebelum Perang Dunia I mengakibatkan perluasan perkebunan karet di sana terutama di daerah Hulu Sungai. Banyak tanah sawah yang dijadikan perkebunan karet. Tidak kurang dari 40% kepala keluarga di Hulu Sungai mempunyai perkebunan karet.
Usaha budidaya karet di daerah Banjar kemudian dipeRkuat oleh modal-modal asing diluar orang-orang Belanda. Mulai dengan Hayup dan Tanah Intan yang dikelola oleh para pengusaha Inggris, sedangkan Danau Salak pada 1917 dipegang oleh Jerman, namun setahun sejak menduduki daerah Banjar perusahaan-perusahaan perkebunan karet itu dijual kepada orang-orang Jepang dan sebagian kepada pemilik-pemilik modal Cina.
Salah satu keistimewaan dari budi daya karet di daerah Banjar, bahwa pada mulanya mereka dipelopori oleh pengusaha-pengusaha asing, namun pada masa kemudian justru yang memegang peran adalah para pemilik kebun pribumi. Akibat dari naik turunnya produksi karet dan permintaan karet pasar dunia yang dapat mengikuti perkembangan harga hanyalah karet rakyat, karena mereka menggunakan tenaga kerja lebih banyak tenaga anggota keluarganya sendiri.
Demikianlah berkembangan budidaya karet di daerah Banjar, maka pada sekitar tahun 1930-an kesejahteraan penduduk meningkat dengan pesat. Hal ini ditunjukkan antara lain dengan banyaknya rumah yang dibangun di daerah Hulu Sungai, disamping itu permintaan daerah Banjar akan barang-barang impor sangat
1. PERKEBUNAN KARET EROPA DI HAYUB,TANJUNG,TABALONG
1.1. Perkebunan Karet di Hayub
Hayub merupakan sebuah daerah yang saat ini masuk kedalam wilayah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.Wilayah Tabalong sebelum tahun 1965 merupakan wilayah kewedanaan Amuntai. Salah satu perkebunan karet pada awal abad 20 yang dikembangkan oleh pihak swasta asing berada di desa Hayub,kecamatan Haruai. Kalimantan Selatan.
Karet merupakan salah satu primadona ekspor Hindia Belanda waktu itu. Tanaman ini mulai dikenal dunia sekitar tahun 1900 dan masuk ke Kalimantan Selatan melalui dua jalan yang lokasinya terpisah yakni daerah Pagat (dekat Barabai) dan pada daerah perkebunan tembakau di wilayah utara Hulu Sungai. Pada mulanya karet jenis Ficus Elastica dan Hevea Brasiliensis dicoba di tanam di Perkebunan Hayup dekat Tanjung oleh dua orang pengusaha bernama C.Bohmer dan W.M. Ernest (Sumber dari internet).
Informasi dari pak Kasir bahwa perkebunan karet di Hayub dikelola oleh pihak swasta asing yang berasal dari Inggris. Keterangan informan ini ada kecocokan dari sumber dari internet yang penulis dapat,yaitu Perkebunan karet di Hayub dikembangkan oleh C.Bohmer dan W.M. Ernest. C.Bohmer dan W.M.Ernest mengembangkan tanaman karet jnis Ficus Elastica dan Hevea Brasiliensis, tetapi mengalami kegagalan.
Sepeninggal C.Bohmer dan W.M. Ernes Perkebunan dikelola lagi oleh perusahaan swasta asing Belanda.berdasarkan Informasi dari informan bahwa orang Belanda yang Tinggal di Perkebunan Hayub bernama Van Der Straten. Van Der Straten tinggal bersama beberapa orang Belanda lainnya yang menetap di Hayub, kemudian Van Der Straten pindah kerja ke perkebunan di Malaysia dan meninggal dunia di Malaysia.
Setelah perusahaan Belanda Perkebunan diambil alih oleh perusahaan Hashiman, tidak begitu banyak informasi yang didapat Perusahaan Hashiman, sehingga sulit asal lnegara dari perusahaan Hashiman ini tidak diketahui. Namun ada sedikit informasi bahwa salah seorang karyawannya bernama Pieter dengan jabatan Gendral Asisten, dan juga tinggal dirumah bekas orang Belanda .
Berdasarkan informasi masyarakat Haruai dan Tanjung bahwa keturunan dari orang Belanda masih ada yang menetap di Tanjung.
1.2.Tenaga Kerja Perkebunan di Hayub
Perkebunan karet di Hayub menggunakan tenaga kuli kontrak dari Jawa dan dari daerah sekitarnya,seperti Haruai,Mahe,Muara Uya dan beberapa daerah diTabalong. Jenis kuli yang terakhir inilah yang nantinya akan menjadi pengusaha karet pribumi. Setelah masa kontraknya terutama yang dari Hayup selesai. Mereka kembali ke kampungnya dan menanam karet sendiri. Mereka sudah mendapat cukup pengalaman dalam pengolahan karet selama bekerja di Perkebunan Eropa.Sementara tenaga kuli kontrak yang berasal dari Jawa khususnya dari Jawa Timur tinggal menetap di Haruai (kampung dekat perkebunan Karet di Hayub).
Berdasarkan informasi dari Bapak Maniran (71 tahun) tahun 2000, salah seorang anak dari pekerja tenaga perkebunan dari pulau Jawa.Bahwa orang tua beliau pada masa perkebunan karet di Hayub dibuka untuk pertama kalinya oleh swasta asing, mereka didatangkan dari Jawa Timur. Menurut informasi orang tua beliau sebagian tenaga ada yang pulang kembali ke daerah mereka masing-masing, dan sebagian lagi ada yang menetap di Haruai dan Hayub.
Masih menurut beliau tenaga kuli yang bekerja diperkebunan Hayub pada masa itu selain tenaga kerja dari Jawa juga ada tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal dan dari daerah di Kalimantan Selatan.
1.3.Peninggalan Perkebunan Karet dari Perusahaan Swsta Asing di Hayub
Informasi lainnya yang didapat bahawa di sekitar perkebunan karet Hayub, juga tinggal orang eropa yang mengelola Perusahaan perkebunan.Masyarakat sekitar Hayub,Haruai dan Tanjung sebelum tahun 2005 masih bisa melihat bangunan Rumah Kediaman orang Eropa. Selain itu juga terdapat alat perlengkapan rumah tangga,sepeda Onthel, dan Gamelan.
Peninggalan dari sisa perkebunan karet di Hayub masih bisa dilihat yaitu bangunan penggolahan karet, beberapa buah pondasi bangunan gudang pengasapan karet,tempat penampungan karet cair, kolam pemandian (sumber air bersih) orang eropa, dan Irigasi.
Melihat dari sisa peninggalan tersebut bahwa perkebunan karet di Hayub selain sebagai tempat perkebunan juga sudah ada penggolahan karet setengah jadi. Gudang penanmpungan karet dan pengasapan pondasinya masih bisa ditemui.
Bararamang Konsep perilaku sosial Masyarakat Tabalong
“ BARARAMANG ” DI TANJUNG
Oleh Achmad Syahranie
1. Pendahuluan
Dua belas tahun lalu tepatnya tahun 1999 saya bertugas di SMPN 1 Tanjung sebagai Guru Bantu dari proyek JSE. Tahun 1999 itulah saya mulai banyak bergaul dengan masyarakat Tanjung dalam pertemanan. Secara kultur dan social tidak mengalami kendala, karena masyarkat Tanjung sendiri merupakan bagian dari orang Banjar. Tetapi ada satu istilah yang tidak saya temui dalam pergaulan masyarakat Banjar di daerah lain yaitu “Bararamang” . Awalnya aneh dan cukup mengelitik kedengarannya , tetapi cukup menantang saya untuk mengerti dan mengali lebih dalam lagi tentang Bararamang. Naluri saya sebagai guru ilmu pengetahuan social mengatakan ini sesuatu yang khas dan luput dari pengamat social , serta perlu dikaji lebih dalam lagi. Akhirnya setiap ada kesempatan berkumpul dengan orang-orang dalam suatu pembicaraan saya selalu menunggu kata Bararamang. Apa maksudnya, Bagaimana konsepnya, Mengapa dikatakan Bararamang. Saya coba mengeksplorasi dan terjun langsung tanpa perencanaan penelitian. Namun saya selalu mengingat,mencatat dan mencoba mendefinisikan dan membangun konsep BARARAMANG berdasarkan pengamatan dan observasi.
2. Fakta
Bararamang merupakan istilah yang hanya ditemui dalam pergaulan masyarakat di kabupaten Tabalong, khususnya Tanjung dan sekitarnya. Istilah Bararamang sendiri keberadaannya dalam masyarakat Tabalong sudah lama sekali dan begitu mengakar dalam pergaulan kehidupan social masyarakat Tabalong. Bararamang selalu ada dalam setiap pertemuan dua orang atau lebih dalam sebuah perbincangan baik di warung kopi,dirumah,dipasar atau tempat –tempat berkumpulnya orang-orang dalam satu ikatan. Kata bararamang berasal dari kosa kata “AMANG” ,” MAAMANG “ yang dalam masyarakat suku Dayak atau masyarakat Banjar diartikan sebagai melafalkan kata-kata atau mantra .
3. Konsep Bararamang
Asal Kata Bararamang yang berarti berbicara asal-asalan,melapalkan mantra atau bercerita. Berdasarkan pengamatan penulis Konsep Bararamang dalam masyarakat Tabalong mempunyai beberapa makna yaitu ; pertama, bararamang sebagai ucapan sangkaan atau umpatan ketidakpercayaan kepada orang yang sedang menyampaikan suatu kabar,kisah atau opini . Kedua, Beraramang sebagai kemampuan seseorang dalam menyampaikan berita,cerita. Ketiga, bararamang sebagai kemampuan seseorang dalam menangkap dan menganalisis suatu fenomena kemudian menyampaikannya ke lawan bicara. Keempat, Bararamang sebagai proses pembelajaran dalam pergaulan masyarakat dalam menyorot masalah-masalah social kemasyarkatan, Kelima, sebagai suatu hiburan dan canda dalam suatu kesempatan pertemuan dalam pertemanan.
4. Obyek Kajian Bararamang
Berdasarkan pengamatan penulis bahwa objek kajian dari Bararamang bersumber dari isu-isu kemasyarakatan yang diangkat menjadi topik pembicaraan. Topik pembicaraan seperti, masalah-masalah social, ekonomi masyarakat, humaniora, politik, budaya, mata pencaharian, tekhnologi,seni, alam . Misal,Si A Bercerita : semalam aku mancabut gumbili dikabun, sakalinya ada sapuhun gumbilinya ganal banar kaya gaguling. Napa yuu..bisa ganal kaya itu, tangguhanku gumbili itu gaduhan urang halus kalu. (bararamang bercerita) Si B Menjawab : Bararamang ikam tu, kadada pang gumbili ganalnya kaya itu. (Bararamang sanggahan). Contoh tersebut merupakan masalah social, budaya, pertanian,ekonomi yang dibahas dalam suatu pembicaraan.
5. Pembelajaran Bararamang
Konsep bararamang dalam masyarakat Banjar di Tanjung, Kabupaten Tabalong mengakar dalam kehidupan social masyarakatnya. Konsep ini terbangun melalui sebuah proses pembelajaran yang tidak terencana, tetapi secara tidak sadar mereka secara turun temurun sudah belajar dan mengajarkan kegenerasi berikutnya. Pembelajaran yang mereka terima melalui kontak dengan masyarakat secara langsung dan mengikutinya.
6. Nilai
Opini masyarakat tentang Bararamang ,dalam konotasi negative adalah sesuatu hal yang bohong, ketidak percayaan, sulit dibuktikan. Opini tersebut secara kasat mata memang betul adanya. Namun terlepas dari konotasi negative tersebut ternyata Bararamang mempunyai nilai-nilai positip. Nilai-nilai tersebut diantaranya :
1) Demokrasi
2) Kerjasama/ kooperatif
3) Berpikir
4) Logis
5) Analitis
6) Sosial
7) Seni
Oleh Achmad Syahranie
1. Pendahuluan
Dua belas tahun lalu tepatnya tahun 1999 saya bertugas di SMPN 1 Tanjung sebagai Guru Bantu dari proyek JSE. Tahun 1999 itulah saya mulai banyak bergaul dengan masyarakat Tanjung dalam pertemanan. Secara kultur dan social tidak mengalami kendala, karena masyarkat Tanjung sendiri merupakan bagian dari orang Banjar. Tetapi ada satu istilah yang tidak saya temui dalam pergaulan masyarakat Banjar di daerah lain yaitu “Bararamang” . Awalnya aneh dan cukup mengelitik kedengarannya , tetapi cukup menantang saya untuk mengerti dan mengali lebih dalam lagi tentang Bararamang. Naluri saya sebagai guru ilmu pengetahuan social mengatakan ini sesuatu yang khas dan luput dari pengamat social , serta perlu dikaji lebih dalam lagi. Akhirnya setiap ada kesempatan berkumpul dengan orang-orang dalam suatu pembicaraan saya selalu menunggu kata Bararamang. Apa maksudnya, Bagaimana konsepnya, Mengapa dikatakan Bararamang. Saya coba mengeksplorasi dan terjun langsung tanpa perencanaan penelitian. Namun saya selalu mengingat,mencatat dan mencoba mendefinisikan dan membangun konsep BARARAMANG berdasarkan pengamatan dan observasi.
2. Fakta
Bararamang merupakan istilah yang hanya ditemui dalam pergaulan masyarakat di kabupaten Tabalong, khususnya Tanjung dan sekitarnya. Istilah Bararamang sendiri keberadaannya dalam masyarakat Tabalong sudah lama sekali dan begitu mengakar dalam pergaulan kehidupan social masyarakat Tabalong. Bararamang selalu ada dalam setiap pertemuan dua orang atau lebih dalam sebuah perbincangan baik di warung kopi,dirumah,dipasar atau tempat –tempat berkumpulnya orang-orang dalam satu ikatan. Kata bararamang berasal dari kosa kata “AMANG” ,” MAAMANG “ yang dalam masyarakat suku Dayak atau masyarakat Banjar diartikan sebagai melafalkan kata-kata atau mantra .
3. Konsep Bararamang
Asal Kata Bararamang yang berarti berbicara asal-asalan,melapalkan mantra atau bercerita. Berdasarkan pengamatan penulis Konsep Bararamang dalam masyarakat Tabalong mempunyai beberapa makna yaitu ; pertama, bararamang sebagai ucapan sangkaan atau umpatan ketidakpercayaan kepada orang yang sedang menyampaikan suatu kabar,kisah atau opini . Kedua, Beraramang sebagai kemampuan seseorang dalam menyampaikan berita,cerita. Ketiga, bararamang sebagai kemampuan seseorang dalam menangkap dan menganalisis suatu fenomena kemudian menyampaikannya ke lawan bicara. Keempat, Bararamang sebagai proses pembelajaran dalam pergaulan masyarakat dalam menyorot masalah-masalah social kemasyarkatan, Kelima, sebagai suatu hiburan dan canda dalam suatu kesempatan pertemuan dalam pertemanan.
4. Obyek Kajian Bararamang
Berdasarkan pengamatan penulis bahwa objek kajian dari Bararamang bersumber dari isu-isu kemasyarakatan yang diangkat menjadi topik pembicaraan. Topik pembicaraan seperti, masalah-masalah social, ekonomi masyarakat, humaniora, politik, budaya, mata pencaharian, tekhnologi,seni, alam . Misal,Si A Bercerita : semalam aku mancabut gumbili dikabun, sakalinya ada sapuhun gumbilinya ganal banar kaya gaguling. Napa yuu..bisa ganal kaya itu, tangguhanku gumbili itu gaduhan urang halus kalu. (bararamang bercerita) Si B Menjawab : Bararamang ikam tu, kadada pang gumbili ganalnya kaya itu. (Bararamang sanggahan). Contoh tersebut merupakan masalah social, budaya, pertanian,ekonomi yang dibahas dalam suatu pembicaraan.
5. Pembelajaran Bararamang
Konsep bararamang dalam masyarakat Banjar di Tanjung, Kabupaten Tabalong mengakar dalam kehidupan social masyarakatnya. Konsep ini terbangun melalui sebuah proses pembelajaran yang tidak terencana, tetapi secara tidak sadar mereka secara turun temurun sudah belajar dan mengajarkan kegenerasi berikutnya. Pembelajaran yang mereka terima melalui kontak dengan masyarakat secara langsung dan mengikutinya.
6. Nilai
Opini masyarakat tentang Bararamang ,dalam konotasi negative adalah sesuatu hal yang bohong, ketidak percayaan, sulit dibuktikan. Opini tersebut secara kasat mata memang betul adanya. Namun terlepas dari konotasi negative tersebut ternyata Bararamang mempunyai nilai-nilai positip. Nilai-nilai tersebut diantaranya :
1) Demokrasi
2) Kerjasama/ kooperatif
3) Berpikir
4) Logis
5) Analitis
6) Sosial
7) Seni
Jumat, 10 Juni 2011
Langganan:
Postingan (Atom)